Lahir
dan dibesarkan dari sebuah keluarga etnis Tapanuli (Batak) yang
sederhana dari Ibu bermarga Hutagalung di lingkungan Jakarta Barat pada
tanggal 2 Sep. 1963. Dari seorang ayah yang merupakan pioneer marga
Pakpahan yang merantau ke Jakarta.
Pola
fikir ayah yang nasionalis tanpa melupakan akar budayanya sebagai
orang batak, lingkungan kehidupan sejak kecil sampai dewasa yang
majemuk, ke dua faktor ini membentuk saya menjadi manusia Indonesia
yang Nasionalis, tanpa melupakan asal asul sebagai putra Batak dari
Tapanuli.
Kegiatan
berorganisasi saya mulai sejak masih di bangku SD. Berawal dari
kegiatan di lingkungan gereja, berbagai kegiatan di lingkungan sekolah
mulai sejak SD sampai SMA. Saya menghabiskan masa kuliah di ITB Bandung
Juni 1983 – Okt 1988, mengambil jurusan Teknik Fisika (Spesialisasi
di Fisika Bangunan dan Kontrol Otomatik.)
Di
ITB aktif berorganisasi, khususnya bidang sosial. Menjadi Ketua
Angkatan dan menjadi pengurus pada berbagai kegiatan intra dan extra
kulikuler di lingkungan kampus. Pada 1986 menjadi Ketua Organisasi
Pemuada (Naposobulung) HKBP Dago dan Ketua Presidium NHKBP yang terdiri
dari empat wilayah di Bandung. Selepas kuliah, bekerja di beberapa
perusahaan swasta.
Pada
saat bekerja dengan Pertamina di Balikpapan, saya bertemu dan jatuh
cinta pada seorang gadis, yang menjadi pendamping hidup sampai saat
ini. Dia Dr. Merry Lidya Silalahi.
Bagi
saya pribadi, pertemuan kami merupakan sebuah peristiwa dan anugrah
Tuhan yang luar biasa. Pada waktu itu, dara ini juga ditugaskan menjadi
dokter di Balikpapan, selepas wisuda dari Fakultas Kedokteran
Universitas Padjajaran, Bandung.
Kami
dari satu angkatan, sama sama kuliah di kota Bandung. Tapi selama masa
kuliah di Bandung, kami belum saling kenal. Pada bulan Juni tahun
1988, wisuda S1 jurusan Teknik Fisika, Spesialisasi di Fisika Bangunan
dan Kontrol Otomatik dari ITB, Bandung, Indonesia.
Dari
Balikpapan, pindah ke Pertamina Pusat, mendapat promosi sekolah ke
Texas, Amerika, pada saat yang sama dia mendapat promosi sekolah di
Boston, Amerika.
Sampai
lima tahun usia perkawinan, kami belum juga dikaruniai buah hati.
Berbagai upaya medis dilakukan, tidak membuahkan hasil. Melalui
pergumulan dalam doa, dengan kesepakatan bersama, kami memutuskan
berhenti bekerja dan keluar dari Pertamina, melanjutkan S2 di Jakarta.
Pada
akhirnya keputusan keluar dari Pertamina memang tepat, selang beberapa
bulan, Merry mengandung anak pertama. Sebuah sukacita besar
menyelimuti keluarga.
Pada
bulan November tahun 1997, wisuda S2 Magister Management, Spesialisasi
Pemasaran dan Keuangan dari Institut Bisnis Indonesia ( IBiI ).
Keluar
dari Pertamina, berbekal jaringan pergaulan, lingkungan dan disiplin
ilmu yang dimiliki, membuka usaha pribadi. Usaha dimulai dari rumah
sampai akhirnya mampu mendirikan kantor usaha sendiri.
Perkembangan
lingkungan pergaulan, pada saat itu membawa saya berkenalan pada
berbagai kelompok diskusi, mulai dari kelompok pergaulan sosial dan
berbagai kelompok politik. Pergaulan ini membawa saya pada berbagai
kelompok yang mengadakan pergerakan untuk menumbangkan Orba di Senayan.
Bersama teman-teman bergabung membantu perjuangan para mahasiswa.
Bagi saya, SBY
adalah sosok idola. Pribadi beliau yang jujur, jiwa nasionalisme yang
sangat kuat serta, jiwa kepemimpinan yang kredibel dan intelektualitas
yang tinggi, adalah sosok yang sangat pas untuk memimpin bangsa ini,
bangsa yang bhinneka, bangsa yang sedang carut marut oleh Orba.
Ketika
SBY mendirikan Partai Demokrat, tanpa keraguan, Saya memutuskan
bergabung dengan Partai Demokrat. Tidak peduli apakah ini partai gurem
atau apa. Yang jelas saya melihat figure pemimpin pemimpin yang memang
mumpuni di dalamnya, cita cita yang jelas seperti yang tertuang dalam
visi dan misi partai. Pada tahun 2003, saya bergabung dengan Partai
Demokrat. Selanjutnya tahun 2004, menjadi calon legislatif dari dapil
Jawa Tengah.
Mendirikan
kelompok pemuda di lingkungan Partai Demokrat, yaitu Komite Nasional
Pemuda Demokrat (KNPD). Komite kami didirikan di Danau Toba.
Mengabungkan semua elemen pemuda demokrat untuk bersatu padu dalam
perberjuangan.
Sebagai
Penasehat Angkatan Muda Demokrat. Dalam kurun waktu dua tahun,
Angkatan Muda Demokrat terbentuk di 33 provinsi di Indonesia.
Setiap calon pemimpin harus sudah lolos dari SP4K, yakni Sandang, Pangan, Papan, Pendidikan, Pekerjaan dan Kesehatan. Sekarang ini, banyak Angkatan Muda Demokrat yang sudah menjadi anggota DPRD, Bupati dan sebagainya. Ketika badai Tsunami terjadi di Aceh, secara aktif memimpin rekan-rekan di KNDP turun ke lapangan membantu para korban. Mendirikan rumah contoh dalam waktu 36 jam dan diresmikan oleh ibu Ani Yudhoyono.
Pasca
Kongres Partai Demokrat di Bali, 2005, oleh Hadi Utomo, Ketua Umum
Partai, di percaya sebagai Wakil Sekjen PD bidang Energi, Lingkungan
Hidup dan Bantuan Bencana Alam. Ditunjuk sebagai Koordinator Wilayah
Papua, menjadi Pejabat Sementara Ketua Dewan Pimpinan Daerah Partai
Demokrat Provinsi Papua.
No comments:
Post a Comment